Jumat, 07 November 2008

HAMAS : Jangan Menilai Obama Dari Janji-Janjinya, Tapi Tunggu Kebijakan Riilnya






ImageTerpilihnya Obama disambut baik oleh dunia Islam yang berharap Obama mampu membawa angin perubahan dalam kebijakan politiknya terutama terkait dengan dunia Islam. Tapi kelompok HAMAS Palestina menghimbau agar dunia Islam tidak segera terpikat dengan janji-janji Obama terkait dengan penyelesaian berbagai konflik melibatkan umat Islam, tapi HAMAS menghimbau agar penilaian lebih mendasarkan pada langkah kongkrit dan kebijakan-kebijakan yang akan diambilnya.

Jubir kelompok Hamas Palestina, Fauzi Barhum, kemarin mengatakan bahwa secara prinsip, kelompoknya tidak memiliki permasalahan untuk berinteraksi dengan siapapun yang menduduki kursi kepresidenan di AS . Tapi, HAMAS akan menandaskan sikapnya terhadap pemerintahan Gedung Putih yang baru tergantung sejauh mana kebijakan riilnya di lapangan dan keberpihakan terhadap kepentingan Palestina.

Dia mengakui bahwa masa kepemimpinan Presiden Bush merupakan terburuk dalam sejarah penyelesaian konflik Palestina. Menurutnya, karena kebijakan-kebijakan Bush-lah, penderitaan rakyat Palestina semakin parah. HAMAS berharap Obama tidak mengikuti kebijakan pendahulunya yang sangat memihak buta terhadap Israel.

Berbeda dengan HAMAS, kelompok FATAH melalui Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyampaikan optimisnya yang besar bahwa di era kepemimpinan Obama proses perdamaian Palestina-Israel akan menuai hasilnya.

"Kami memperkirakan akan ada perubahan dari kebijakan luar negeri AS terkait Palestina dan kami berharap akan membawa perdamaian abadi di Palestina," ungkap Presiden Palestina, Mahmoud Abbas di Budapest kemarin, seperti dikutip Kantor Berita Hongaria (MTA). Abbas juga mengatakan siapapun Presiden AS, rakyat Palestina akan tetap bekerjasama dengan pemerintah Gedung Putih untuk menciptakan perdamaian.

Sementara itu, sebagai upaya untuk menarik simpati AS sekaligus mencitrakan AS sebagai sahabat Israel. PM Israel, Ehud Olmert seperti dikutip beberapa media Israel, mengatakan bahwa AS, siapaun presidenannya akan tetap menjadi "sahabat" yang baik bagi Israel. Hal ini karena kepentingan strategis kedua negara yang saling menguntungkan yang tidak bisa diabaikan. [syarif/alj/www.suara-islam.com)

Obama janji kurangi emisi GRK di US

Selasa siang waktu Amerika, kandidat Presiden Amerika dari Partai Demokrat, Obama, menyampaikan pidato penting. Obama menegaskan sikapnya tentang beberapa isu internasional termasuk perubahan iklim, politik Amerika di Irak, Afganistan dan kerjasama internasional. Dari sisi lingkungan hidup, Obama menjanjikan, bahwa kalau nantinya ia terpilih jadi presiden, maka ia akan melaksanakan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 80% sampai tahun 2050. Agenda ini sudah mendekati kesepakatan dalam Kyoto Protocol.

Janji calon presiden Amerika ini ditegaskan dengan cukup konkrit dengan menyebut target pengurangan emisi dan waktu pencapaian target. Sebagaimana diketahui, sampai pertemuan COP 13 UNFCCC di Bali akhir tahun lalu, Amerika tetap menolak meratifikasi Kyoto Protocol. Meski dikecam sejumlah negara, termasuk konco Amerika di G8, Amerika bersikukuh tidak mau terikat secara legal dalam program pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Padahal Amerika adalah penghasil emisi GRK terbesar.

Janji Obama itu, nampaknya merupakan upaya untuk menarik simpati dunia kepada Amerika. Beberapa tahun terakhir, terutama dalam era kepemimpinan Presiden Bush, Amerika menuai kecaman internasional yang sangat keras, karena kebijakannya diberbagai belahan dunia. Politik luar negeri Amerika itu bahkan sudah mendapat banyak kecaman dari dalam negeri Amerika sendiri. Obama melihat, peluang itu untuk dijadikan isu kampanye pemilihan Presiden.

Sebagaimana umumnya janji kampanye, maka janji Obama untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sampai 80 persen, kalau benar-benar diwujudkan, merupakan langkah maju Amerika. Sejak awal pertarungan kandidat presiden Amerika, Obama, memang yang paling jelas mencantumkan program perlindungan iklim. Kandidat presiden lain baik dari Partai Demokrat maupun Partai Republik, tidak ada yang mengusung isu perlindungan iklim sejelas program yang ditawarkan oleh Obama. Karena itu pidato Obama, tadi malam, seolah menjanjikan suatu kebijakan baru Amerika di masa datang. Kalau saja Obama nantinya terpilih, maka dunia internasional bisa berharap dari Obama untuk melakukan perubahan mendasar di Amerika untuk pengurangan emisi GRK. Tapi kalau Mc Cain yang menang, nampaknya tidak akan ada perubahan yang berarti di Amerika dalam pengurangan GRK.

Maka ditengah gencarnya pertarungan kandidat Presiden Amerika itu, ada harapan untuk perlindungan iklim yang bisa ditunggu. Meski saat ini kampanye buruk sedang dihadapi Obama. Majalah New Yorker, dalam edisi terakhir di halaman mukanya, menggambarkan Obama memakai jubah seperti pakaian Timur Tengah, sementara istrinya Michele, digambarkan sedang memanggul senapan mesin dengan atribut seperti Rambo. Pasangan itu digambarkan dalam karikatur sebagai pasangan Islam dan teroris. Obama sendiri tidak menanggapi karikatur itu, tapi saingannya John Mc Cain, mengatakan bahwa karikatur itu tidak pantas, dan sungguh tidak mempunyai perasaan. (by togarsilaban.com)

Resensi BUKU: Janji-janji Seorang Obama


INILAH.COM, Jakarta - Kandidat apa saja, acapkali mengumbar janji, namun setelah terpilih, janji itu tidak ditepati. Itulah janji yang sering dikalukan oleh beberapa politisi di negeri ini.

Namun bagaimana jika janji itu diucapkan oleh seorang kandidat dari negeri Paman Sam, yang kini telah terpilih menjadi presiden?

Buku ini dapat dinilai mendatangkan manfaat besar, minimal bisa menjadi pelajaran berharga agi siapa saja yang berkeinginan menjadi pejabat publik melalui pentas kampanye.

Buku ini ternyata juga tidak hanya membahas janji, namun seperti bunga rampai, yang membahas ABCD-nya, sang kandidat. Mulai masa kecilnya yang suka main gundu dan sepakbola, sokongan keluarga Kennedy hingga ketika ada isu incaran pembunuhan. Sedangkan poin-poin penting janji Obama bisa dilihat pada halaman akhir buku ini.

Judul: Janji-janji Obama

Penulis: Ahmad Subechi dan Domuara Ambarita

Penerbit: PT Prima Infosarana Media

Terbit: 2008

ISBN: 978-602-8005-21-0

Indonesia Tunggu Realisasi Janji Obama

Jakarta, Obamawatch. Pasca terpilihnya Barrack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44, negara-negara di dunia termasuk Indonesia akan menunggu realisasi janji Obama untuk memperketat regulasi di sektor keuangan, termasuk kepada para "hedge fund" dan pasar keuangan.

Anggota Komisi XI DPR Dradjad Hari Wibowo di Jakarta, Rabu, mengatakan hal itu perlu dilakukan agar spekulan dan "moral hazard" yang telah memperburuk situasi krisis finansial global saat ini bisa ditekan secara drastis.

"Kalau Obama berhasil memenuhi janjinya untuk memperbesar kue ekonomi bagi kelas menengah dan bawah AS, maka itu akan bisa mendorong pertumbuhan global termasuk Indonesia," katanya.

Pertumbuhan global dipastikan ikut terangkat karena daya beli kelas menengah bawah tersebut akan meningkat secara drastis sehingga ekspor global ke AS akan kembali pulih.

Ditanya tentang pengaruh terpilihnya Obama sebagai presiden dengan kepentingan Indonesia secara langsung, Dradjad mengatakan, presiden AS pertama yang yang merupakan keturunan Afrika itu akan baru bermanfaat langsung kalau bisa mendorong pengurangan kewajiban utang negara-negara berkembang seperti Indonesia.

"Apalagi kalau dia bias membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk-produk Indonesia," katanya.

Obama sendiri baru akan diambil sumpahnya sebagai Presiden ke-44 AS pada Januari 2009 nanti.(Ant)

Obama Menjadi Presiden AS ke-44


Washington - Sejarah baru telah tercipta di AS. Barack Obama dipastikan menjadi presiden kulit hitam pertama di AS. Obama menjadi presiden AS ke-44.

Meski hasil resmi belum diumumkan, namun hampir dapat dipastikan kandidat dari partai Demokrat tersebut menguasai 297 electoral votes sementara McCain hanya mendapat 145 electoral votes. Demikian seperti dilansir BBC, Rabu (5/11/2008).

Ribuan warga AS yang memadati Grant Park di Chicago bersorak sorai ketika mengetahui senator dari Chicago tersebut telah meraih 297 electoral votes. Banyak di antaranya yang menangis karena gembira.

Diperkirakan, lautan manusia akan terus memadati Grant Park di Chicago, yang berada di Negara Bagian Illinois, tempat Barack Obama selama ini berkiprah sebagai senator.

Untuk memenangi kursi kepresidenan, kandidat harus meraih setidaknya 270 suara elektoral. Seperti diketahui, dalam sistem pemilu AS, presiden dan wakil presiden sebenarnya tidak dipilih secara langsung oleh rakyat. Melainkan melalui para utusan negara bagian yang disebut dengan elektor. Setiap negara bagian memiliki jumlah elektor yang telah ditentukan. Jumlahnya berbeda-beda untuk tiap negara bagian. Mereka inilah yang nantinya akan memilih presiden sesuai hasil di negara bagian masing-masing.

Jadi kandidat yang meraih suara terbanyak (popular vote) belum tentu akan memenangi pilpres. Sebab yang menentukan adalah perolehan jumlah suara elektoral (electoral votes).
(alf/ita/detik)